Petasan dan Terompet Tahun Baru


Petasan & Terompet Tahun Baru

Terompet dalam hadist,

عَنْ أَبِى عُمَيْرِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ عُمُومَةٍ لَهُ مِنَ الأَنْصَارِ قَالَ اهْتَمَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- لِلصَّلاَةِ كَيْفَ يَجْمَعُ النَّاسَ لَهَا فَقِيلَ لَهُ انْصِبْ رَايَةً عِنْدَ حُضُورِ الصَّلاَةِ فَإِذَا رَأَوْهَا آذَنَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ قَالَ فَذُكِرَ لَهُ الْقُنْعُ – يَعْنِى الشَّبُّورَ – وَقَالَ زِيَادٌ شَبُّورَ الْيَهُودِ فَلَمْ يُعْجِبْهُ ذَلِكَ وَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ الْيَهُودِ ». قَالَ فَذُكِرَ لَهُ النَّاقُوسُ فَقَالَ « هُوَ مِنْ أَمْرِ النَّصَارَى ». فَانْصَرَفَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ

“Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yg memberikan usulan. Yg pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang² melihat ada bendera berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang ke² mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, lantas beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang² Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud no. 498)

Hadits di atas menunjukkan terompet itu tradisi Yahudi. Nah itulah yg diikuti oleh orang² yg merayakan tahun baru. Budaya Yahudilah yg diikuti, Subhânallâh.

Waspadalah sahabat !!!
Memanfaatkan uang untuk membeli terompet tahun barupun termasuk pemborosan karena telah menyalurkan harta tidak pada kebaikan.

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

“Dan janganlah kamu meng-hambur²kan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros² itu adalah saudara² syaitan & syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” (QS. Al Isra’: 26-27).

Yg dimaksud boros adalah,

النفقة في غير طاعة الله

“Mengeluarkan nafkah pada selain ketaatan pada Allah.” (Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi).

Seorang Muslim tidak boleh mengikuti budaya Yahudi.

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ « فَمَنْ ».

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang² sebelum kalian sejengkal demi sejengkal & sehasta demi sehasta sampai jika orang² yg kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak pasti kalian pun akan mengikutinya.” sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yg diikuti itu adalah Yahudi & Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669)

Wallahu’alam

#Hijrah HijrahWay
IG&FB: Rizal Abu Mikyal


Leave a Reply